Pengikut

Kamis, 29 Agustus 2013

Metode Pembelajaran Quantum Teaching


METODE PEMBELAJARAN “QUANTUM TEACHING”

A.    Pengertian Metode Pembelajaran
             Realisasi interaksi belajar mengajar tidak lain merupakan pengoperasionalan satu atau lebih metode-metode mengajar. Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara-cara yang dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
             Metode dan juga teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Metode pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan jenis strategi pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula, oleh karena metode merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran, perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain.
             Adapun pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata ajar ini lahirlah kata kerja belajar, yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang mendapat awalan pem- dan akhiran an yang merupakan konflik nominal (bertalian dengan prefiks verbal meng-) yang mempunyai arti proses (Depdikbud, 1990: 664).
             Pembelajaran ialah proses pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Dalam konteks pendidikan, guru biasanya berusaha supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran untuk mencapai suatu objek yang ditentukan. Pembelajaran akan membawa kepada perubahan pada seseorang.
             Berikut beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli:
1.      Menurut Degeng, pembelajaran (atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya pengajaran) adalah upaya untuk membelajarkan siswa (Muhaimin, 1996: 183).
2.      Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efisien (Muhaimin, 1996: 99).
3.      Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa (Hamalik, 2001: 48).

B.     Hakikat Metode Quantum Teaching
             Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching" yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
             Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa (Bobbi DePorter, 2007: 5). Abuddin Nata (2003: 35), dengan mengutip pendapatnya DePorter mengatakan bahwa Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegence Gardner), Neuro-Linguistic Programing (Ginder & Bandler), Eksperiental Learning (Hahn), Socratic Incuiry, Cooperative Learning (Jhonson & Jhonson), dan Element of Effective Intruction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami, dan kemampuan siswa untuk berprestasi sebagai sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan mudah diterapkan.
             Quantum Teaching, dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan yang akan melejitkan prestasi siswa. Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan keterangan untuk belajar. Quantum Teaching menawarkan suatu sintesis dari hal-hal yang dicari, atau cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran yang dilakukan guru melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar, dan penyampaian kurikulum.

C.    Asas Utama Quantum Teaching
             Asas utama Quantum Teaching adalah Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka. Asas ini terletak pada kemampuan guru untuk menjembatani jurang antara dua dunia yaitu guru dengan siswa. Artinya bahwa tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang guru dan siswa sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik.
             Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa (DePorter, 2000: 84). Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia yang meliputi pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh, di samping pengetahuan sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
             Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, guru bisa membawa siswa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman guru mengenai isi dunia itu. Ketika seorang guru sudah dapat memasuki dunia siswa dan diterima dengan baik oleh siswa maka sudah saatnya pula siswa diajak untuk memasuki dunia lain yang lebih luas sehingga apa yang dipelajari oleh siswa tersebut dapat diterapkan pada situasi baru dalam kehidupan lingkungannya.
             Dalam interaksi edukatif yang berlangsung terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik, dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan siswa (Jamarah, 2000: 5).

D.    Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
             Selain asas utama Quantum Teaching juga memiliki prinsip atau yang disebut oleh DePorter sebagai kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini akan berpengaruh terhadap aspek Quantum Teaching itu sendiri, prinsip-prinsip itu adalah:
1.      Segalanya berbicara, maksudnya adalah segala hal yang berada di kelas mengirim pesan tentang belajar. Menurut Islam prinsip ini berarti bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau personalitas. Air, tanah, tumbuh- tumbuhan, binatang, manusia dan sebagainya memiliki jiwa dan personalitas. Oleh karenanya semua itu harus diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya, dirawat dan disayang, sehingga semuanya bersahabat dan bermanfaat bagi manusia (Nata, 2003: 41).
2.      Segalanya bertujuan, semua yang kita lakukan memiliki tujuan. Semua yang terjadi dalam penggubahan pembelajaran mempunyai tujuan.
3.      Akui setiap usaha, yaitu pengakuan setiap usaha yang berupa kecakapan dan kepercayaan diri terhadap apa yang dilakukan oleh siswa, sebab belajar itu mengandung resiko. Menghargai setiap usaha siswa sebagai bentuk pengakuan atas kecakapan untuk menumbuhkan kepercayaan diri, sekalipun usaha siswa kurang berarti.
4.      Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, artinya terdapat umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif dengan belajar.

E.     Model Quantum Teaching
             Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni. Dalam simfoni terdapat banyak unsur dan di dalam Quantum Teaching unsur tersebut digolongkan menjadi 2 bagian yaitu:
1.      Unsur Konteks, yaitu unsur pengalaman yang meliputi:
a.       Suasana yang memberdayakan, suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih oleh guru, cara menjalin simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh dengan kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Mengutip pendapatnya Walberg dan Greenberg (1997) DePorter mengatakan bahwa dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Suasana atau keadaan ruangan menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Bahan-bahan kunci untuk membangun suasana yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan, dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan. Jika seorang guru secara sadar menciptakan kesempatan untuk membawa kegembiraan ke dalam pekerjaannya, kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan. Kegembiraan ini membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap positif.
b.      Landasan yang kukuh, adalah kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Dalam mengorkestrasi landasan yang kukuh, ada unsur-unsur dasar yang perlu diperhatikan yaitu tujuan, prinsip-prinsip dan nilai-nilai, keyakinan yang kuat mengenai belajar dan mengajar, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan yang jelas.
c.       Lingkungan yang mendukung, adalah cara guru menata ruang kelas: pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik dan semua hal yang mendukung proses belajar. Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika guru menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan jalur syaraf seperti kembang api di malam lebaran. Beribu-ribu asosiasi tiba-tiba diluncurkan ke dalam kesadaran. Kaitan ini menyedikan konteks yang kaya untuk pembelajaran yang baru. Untuk menciptakan dan memperkuat jalur syaraf ini perlu dipertimbangkan dua unsur yaitu pandangan sekeliling dan kaitan mata dan otak. Prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam penataan lingkungan menurut Wijaya (1994: 133), antara lain:
1)      Lingkungan kelas harus memudahkan siswa untuk bergerak.
2)      Kegiatan dan tugas-tugas harus menyenangkan siswa sehingga siswa dengan penuh kepercayaan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.
3)      Lingkungan belajar harus memudahkan kelompok untuk berperan serta dalam setiap kegiatan.
4)      Lingkungan belajar harus memudahkan siswa dalam mencari dan menemukan masalah dengan cermat. Lingkungan lain yang perlu ditata adalah pusat-pusat belajar, yaitu perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
d.      Rancangan belajar yang dinamis, adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi (DePorter, 2000: 14-15).
          Seorang guru harus mengenali dan memahami modalitas dari setiap siswa yang diajar karena dengan mengenalinya akan dapat menyesuaikan pengajaran dengan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Menurut DePorter (2000: 85) dengan mengutip pendapatnya Bandler dan Grinder (1981) bahwa meskipun kebanyakan orang memilki ketiga akses ketiga modalitas tersebut, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar.
2.      Unsur isi, yaitu penyajian informasi (keterampilan penyampaian berbagai macam kurikulum dan strategi dalam mengajar) pada siswa yang meliputi:
a.       Penyajian yang prima, ada beberapa pedoman untuk mencapai presentasi yang prima yaitu: pahamilah apa yang anda inginkan, membina jalinan yang baik dengan siswa, bacalah mereka, targetkan keadaan mereka, capailah modalitas mereka, manfaatkanlah ruangan dan bersikaplah tulus (DePorter, 2000: 114).
          Seorang guru harus memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, ketulusan, kongruensi dan kesiapsiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi milik mereka sebagai pelajar. Kemampuan guru berkominukasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif, akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.
b.      Fasilitas yang luwes, fasilitasi adalah seni dan ilmu untuk memaksimalkan saat belajar dan bekerja dengan siswa, melompat masuk ke dalam kepala dan hati mereka untuk membuka dan menjelajahi cara mereka untuk menyajikan dan memahami apa yang mereka pelajari.
c.       Ketrampilan belajar untuk belajar, apapun mata pelajarannya, siswa belajar lebih cepat dan efektif jika mereka menguasai lima keterampilan penting ini, yaitu:
1.      Konsentrasi terfokus
2.      Cara mencatat
3.      Organisasi dan persiapan tes
4.      Membaca cepat
5.      Teknik mengingat
          Setiap siswa diharapkan mampu belajar dan memiliki keterampilan untuk belajar dengan efektif. Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing, mereka menyerap bahan pelajaran dengan cara yang terbaik bagi mereka. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melalukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan sangat menyenangkan dan memberikan hasil optimal.
d.      Keterampilan hidup, dalam Quantum Teaching ini mengajarkan hidup di atas garis. Di atas ada daya tanggap, yang didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menanggapi". Dengan kemampuan ini muncullah pilihan dan kebebasan. Hidup di atas garis berarti bertanggung jawab atas tindakan sendiri dan mau memperbaiki jika perlu. Hal ini juga berarti melihat pilihan yang ada, menentukan solusi, dan menemukan cara untuk menjadi lebih efektif.

F.     Kerangka Perencanaan Quantum Teaching
             Kerangka perancangan Quantum Teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu:
1.      Tumbuhkan, yaitu tumbuhkan minat, sertakan diri siswa, pikat mereka, puaskan dengan AMBaK (Apakah Manfaatnya BagiKu).
2.      Alami, yaitu ciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, berikan siswa pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya.
3.      Namai, yaitu penyediaan kata kunci, model, rumus, agar dapat memuaskan, mengajarkan konsep, keterampilan berpikir dan strategi belajar.
4.      Demonstrasikan, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
5.      Ulangi, memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa "Aku tahu bahwa aku tahu ini". Dalam hal ini menunjukkan apa yang telah diajarkan oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap.
6.      Rayakan, jika layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan. Memberi pengakuan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis belajar siswa (Nata, 2003: 43).



DAFTAR PUSTAKA


Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

DePorter, Bobbi.. dkk. 2000. Quantum Teaching Memperaktekkan Quantum Learning Di Dalam Kkelas. Bandung: Kaifa.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Jamarah, Saiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka.

M.A., Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.

Nata, Abudin. 2003. Manajemen Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Wijaya, Cece. 1994. Kemampuan Dasar guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.