METODE PEMBELAJARAN “QUANTUM TEACHING”
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Realisasi
interaksi belajar mengajar tidak lain merupakan pengoperasionalan satu atau
lebih metode-metode mengajar. Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara-cara yang dilaksanakan
untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran.
Metode dan juga
teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Metode pengajaran
dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan jenis strategi pengajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula, oleh karena metode merupakan
bagian yang integral dengan sistem pengajaran, perwujudannya tidak dapat
dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain.
Adapun
pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui. Dari kata ajar ini lahirlah kata kerja belajar,
yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan kata
pembelajaran berasal dari kata belajar yang mendapat awalan pem- dan
akhiran an yang merupakan konflik nominal (bertalian dengan prefiks
verbal meng-) yang mempunyai arti proses (Depdikbud, 1990: 664).
Pembelajaran
ialah proses pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Dalam konteks pendidikan, guru
biasanya berusaha supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran untuk mencapai suatu objek yang ditentukan. Pembelajaran akan membawa
kepada perubahan pada seseorang.
Berikut beberapa
definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli:
1.
Menurut
Degeng, pembelajaran (atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya pengajaran)
adalah upaya untuk membelajarkan siswa (Muhaimin, 1996: 183).
2. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.
Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih
efektif dan efisien (Muhaimin, 1996: 99).
3. Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa (Hamalik, 2001: 48).
B. Hakikat Metode Quantum Teaching
Quantum
Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang
berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching"
yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah
orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen
belajar.
Interaksi-interaksi
ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi
kesuksesan siswa (Bobbi DePorter, 2007: 5). Abuddin Nata (2003: 35), dengan
mengutip pendapatnya DePorter mengatakan bahwa Quantum Teaching
adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan,
penyajian dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan teori-teori
pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple
Intellegence Gardner), Neuro-Linguistic Programing (Ginder &
Bandler), Eksperiental Learning (Hahn), Socratic Incuiry, Cooperative
Learning (Jhonson & Jhonson), dan Element of Effective Intruction
(Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang
terbaik menjadi paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan
otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami, dan
kemampuan siswa untuk berprestasi sebagai sebuah pendekatan belajar yang segar,
mengalir, praktis dan mudah diterapkan.
Quantum Teaching, dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju
bentuk perencanaan yang akan melejitkan prestasi siswa. Quantum Teaching
adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum
Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan
keterangan untuk belajar. Quantum Teaching menawarkan suatu sintesis
dari hal-hal yang dicari, atau cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha
pengajaran yang dilakukan guru melalui perkembangan hubungan, penggubahan
belajar, dan penyampaian kurikulum.
C. Asas Utama Quantum Teaching
Asas utama Quantum
Teaching adalah Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan
dunia kita ke dalam dunia mereka. Asas ini terletak pada kemampuan guru
untuk menjembatani jurang antara dua dunia yaitu guru dengan siswa. Artinya
bahwa tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang guru dan siswa
sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik.
Seorang guru juga
diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa,
dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa (DePorter, 2000: 84). Inilah
hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak
mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki
kehidupan siswa. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh
siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah
kegiatan full contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek
kehidupan manusia yang meliputi pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh, di samping
pengetahuan sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang.
Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak
untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh
guru.
Bagaimana
caranya? Yaitu dengan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah
peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,
atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk,
guru bisa membawa siswa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman guru
mengenai isi dunia itu. Ketika seorang guru sudah dapat memasuki dunia siswa
dan diterima dengan baik oleh siswa maka sudah saatnya pula siswa diajak untuk
memasuki dunia lain yang lebih luas sehingga apa yang dipelajari oleh siswa
tersebut dapat diterapkan pada situasi baru dalam kehidupan lingkungannya.
Dalam interaksi edukatif
yang berlangsung terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang
menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang
memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi
kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik
kepada anak didik, dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang
arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara
guru dan siswa (Jamarah, 2000: 5).
D. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
Selain asas
utama Quantum Teaching juga memiliki prinsip atau yang disebut oleh
DePorter sebagai kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini akan berpengaruh terhadap
aspek Quantum Teaching itu sendiri, prinsip-prinsip itu adalah:
1.
Segalanya
berbicara, maksudnya adalah segala hal yang berada
di kelas mengirim pesan tentang belajar. Menurut Islam prinsip ini berarti
bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau personalitas. Air, tanah, tumbuh- tumbuhan,
binatang, manusia dan sebagainya memiliki jiwa dan
personalitas. Oleh karenanya semua itu harus
diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya, dirawat dan disayang,
sehingga semuanya bersahabat dan bermanfaat bagi manusia (Nata, 2003: 41).
2.
Segalanya
bertujuan, semua yang kita lakukan memiliki
tujuan. Semua yang terjadi dalam penggubahan pembelajaran mempunyai tujuan.
3.
Akui
setiap usaha, yaitu pengakuan setiap
usaha yang berupa kecakapan dan kepercayaan diri terhadap apa yang dilakukan
oleh siswa, sebab belajar itu mengandung resiko. Menghargai setiap usaha siswa
sebagai bentuk pengakuan atas kecakapan untuk menumbuhkan kepercayaan diri,
sekalipun usaha siswa kurang berarti.
4.
Jika
layak dipelajari maka layak pula dirayakan,
artinya terdapat umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif
dengan belajar.
E. Model Quantum Teaching
Model Quantum
Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni. Dalam simfoni terdapat banyak
unsur dan di dalam Quantum Teaching unsur tersebut digolongkan menjadi 2
bagian yaitu:
1.
Unsur
Konteks, yaitu unsur pengalaman yang meliputi:
a.
Suasana
yang memberdayakan, suasana kelas mencakup
bahasa yang dipilih oleh guru, cara menjalin simpati dengan siswa, dan sikap
guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh dengan kegembiraan
membawa kegembiraan pula dalam belajar. Mengutip pendapatnya Walberg dan
Greenberg (1997) DePorter mengatakan bahwa dalam sebuah penelitian menunjukkan
bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang
mempengaruhi belajar akademis. Suasana atau keadaan ruangan menunjukkan arena
belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Bahan-bahan kunci untuk membangun suasana
yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan, dan ketakjuban, pengambilan
resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan. Jika seorang guru secara sadar
menciptakan kesempatan untuk membawa kegembiraan ke dalam pekerjaannya,
kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan. Kegembiraan ini membuat
siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap positif.
b.
Landasan
yang kukuh, adalah kerangka kerja:
tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang
memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Dalam
mengorkestrasi landasan yang kukuh, ada unsur-unsur dasar yang perlu
diperhatikan yaitu tujuan, prinsip-prinsip dan nilai-nilai, keyakinan yang kuat
mengenai belajar dan mengajar, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan
yang jelas.
c.
Lingkungan
yang mendukung, adalah cara guru menata
ruang kelas: pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik dan
semua hal yang mendukung proses belajar. Sebuah gambar lebih berarti daripada
seribu kata. Jika guru menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, akan
terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara
merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan jalur syaraf
seperti kembang api di malam lebaran. Beribu-ribu asosiasi tiba-tiba
diluncurkan ke dalam kesadaran. Kaitan ini menyedikan konteks yang kaya untuk
pembelajaran yang baru. Untuk menciptakan dan memperkuat jalur syaraf ini perlu
dipertimbangkan dua unsur yaitu pandangan sekeliling dan kaitan mata dan otak.
Prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam penataan lingkungan menurut
Wijaya (1994: 133), antara lain:
1)
Lingkungan
kelas harus memudahkan siswa untuk bergerak.
2)
Kegiatan
dan tugas-tugas harus menyenangkan siswa sehingga siswa dengan penuh
kepercayaan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.
3)
Lingkungan
belajar harus memudahkan kelompok untuk berperan serta dalam setiap kegiatan.
4)
Lingkungan
belajar harus memudahkan siswa dalam mencari dan menemukan masalah dengan
cermat. Lingkungan lain yang perlu ditata adalah pusat-pusat belajar, yaitu
perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
d.
Rancangan
belajar yang dinamis, adalah penciptaan terarah
unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan
memperbaiki proses tukar-menukar informasi (DePorter, 2000: 14-15).
Seorang guru harus mengenali dan memahami modalitas dari
setiap siswa yang diajar karena dengan mengenalinya akan dapat menyesuaikan
pengajaran dengan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Menurut
DePorter (2000: 85) dengan mengutip pendapatnya Bandler dan Grinder (1981)
bahwa meskipun kebanyakan orang memilki ketiga akses ketiga modalitas tersebut,
hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar.
2.
Unsur
isi, yaitu penyajian informasi (keterampilan penyampaian berbagai
macam kurikulum dan strategi dalam mengajar) pada siswa yang meliputi:
a.
Penyajian
yang prima, ada beberapa pedoman untuk
mencapai presentasi yang prima yaitu: pahamilah apa yang anda inginkan, membina
jalinan yang baik dengan siswa, bacalah mereka, targetkan keadaan mereka,
capailah modalitas mereka, manfaatkanlah ruangan dan bersikaplah tulus
(DePorter, 2000: 114).
Seorang guru harus memberikan teladan tentang makna menjadi
seorang pelajar. Keteladanan, ketulusan, kongruensi dan kesiapsiagaan guru akan
memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi milik mereka
sebagai pelajar. Kemampuan guru berkominukasi, digabungkan dengan rancangan
pengajaran yang efektif, akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi
siswa.
b.
Fasilitas
yang luwes, fasilitasi adalah seni dan
ilmu untuk memaksimalkan saat belajar dan bekerja dengan siswa, melompat masuk
ke dalam kepala dan hati mereka untuk membuka dan menjelajahi cara mereka untuk
menyajikan dan memahami apa yang mereka pelajari.
c.
Ketrampilan
belajar untuk belajar, apapun mata
pelajarannya, siswa belajar lebih cepat dan efektif jika mereka
menguasai lima keterampilan penting ini, yaitu:
1.
Konsentrasi
terfokus
2.
Cara
mencatat
3.
Organisasi
dan persiapan tes
4.
Membaca
cepat
5.
Teknik
mengingat
Setiap siswa diharapkan mampu belajar dan memiliki
keterampilan untuk belajar dengan efektif. Dengan mengetahui gaya belajar
masing-masing, mereka menyerap bahan pelajaran dengan cara yang terbaik bagi
mereka. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melalukan
pembelajaran yang sesuai maka belajar akan sangat menyenangkan dan memberikan
hasil optimal.
d.
Keterampilan
hidup, dalam Quantum Teaching ini
mengajarkan hidup di atas garis. Di atas ada daya tanggap, yang didefinisikan
sebagai "kemampuan untuk menanggapi". Dengan kemampuan ini muncullah
pilihan dan kebebasan. Hidup di atas garis berarti bertanggung jawab atas
tindakan sendiri dan mau memperbaiki jika perlu. Hal ini juga berarti melihat
pilihan yang ada, menentukan solusi, dan menemukan cara untuk menjadi lebih
efektif.
F. Kerangka Perencanaan Quantum Teaching
Kerangka perancangan Quantum Teaching lebih
dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu:
1.
Tumbuhkan, yaitu tumbuhkan minat, sertakan diri siswa, pikat mereka, puaskan
dengan AMBaK (Apakah Manfaatnya BagiKu).
2.
Alami, yaitu ciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua
pelajar, berikan siswa pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk
mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang
harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik,
menghormati kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan
seterusnya.
3.
Namai,
yaitu penyediaan kata kunci, model, rumus,
agar dapat memuaskan, mengajarkan konsep, keterampilan berpikir dan strategi
belajar.
4.
Demonstrasikan, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka
tahu.
5.
Ulangi, memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa "Aku tahu
bahwa aku tahu ini". Dalam hal ini menunjukkan apa yang telah diajarkan
oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap.
6.
Rayakan, jika layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan. Memberi
pengakuan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis belajar siswa (Nata,
2003: 43).
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
DePorter,
Bobbi.. dkk. 2000. Quantum Teaching Memperaktekkan Quantum Learning Di Dalam
Kkelas. Bandung: Kaifa.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Bumi Aksara.
Jamarah,
Saiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka.
M.A.,
Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.
Nata,
Abudin. 2003. Manajemen Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana.
Wijaya,
Cece. 1994. Kemampuan Dasar guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar